Sabtu, 20 September 2014

Kita Cinta Umi Dan Teteh

Bismillahirrohmanirrohim,
            Alhamdulillah, akhirnya berkesempatan buat nulis ini. Beberapa hari yang lalu, saya dan beberapa teman saya mengikuti sebuah acara Bincang Bincang Muslimah (BBM) yang diselenggarakan oleh BPPI FEB UNS, dimana pada acara tersebut menghadirkan tokoh muslim yang tidak asing lagi yaitu Umi Pipik Dian Irawati dan Teteh Yulia Rachman, dua sosok wanita berhijab dengan kisah hidup yang sangat menginspirasi.

            Tema pada bincang-bincang muslimah (BBM) kali ini adalah “Hijab Covers My Head, Not My Mind”. Mayoritas yang hadir dalam acara ini memakai hijab, karena BBM ini memang diperuntukkan kaum hawa. Ada yang unik dari selama saya mengikuti acara BBM ini, ceritanya begini : malam hari sebelum acara BBM dimulai, teman saya, sebut saja Dwi sudah merencanakan dan disampaiakan idenya kepada seluruh penghuni kosan untuk berangkat pukul 06.30, padahal di dalam tiket yang telah kami beli tertera dengan jelas bahwa acara dimulai pukul 07.30. Mendengar rencananya, saya pikir itu hanyalah sebuah wacana saja, namun saya keliru, karena keesokan harinya seusai sholat Subuh ternyata Dwi langsung mandi yang kemudian dilanjutkan dengan logatnya yang khas menggema ke seluruh penjuru kamar membangunkan penghuni kosan lainnya. Termasuk saya yang akhirnya dengan segenap kemampuan memutuskan mandi pukul 06.00.  Hari itu, 14 September 2014 pukul 06.30 kami berlima berangkat menuju tempat kejadian.

            Sesuai prediksi, tempat untuk acara masih sepi, hanya ada beberapa panitia yang berada di tempat pendaftaran. Kertas untuk absensi belum tertata, apalagi snack jangan ditanya. Saya memakluminya untuk keadaan yang pertama ini. Kami segera masuk ke dalam ruangan yang sepi, bahkan kami sempat berfoto di depan panggung.

Karena rasa lapar yang tak tertahankan, Mba Yuni dan Mba Lisa memutuskan untuk keluar dan mencari sesuap roti untuk kami yang tengah kelaparan karena saat itu panitia belum memberikan kami snack dan belum banyak peserta yang hadir. Dan ini hasilnya.

            Tak ada gading yang tak retak, dan sesuai prediksi acara ini molor hingga hitungan jam, sambil menunggu kedua pembicara hadir, kami ditemani oleh MC yang menurut kami “Krik-krik” Alhasil, kami lebih memilih menyibukkan diri dengan menge-tweet ke BPPI FEB UNS mengenai kegiatan BBM ini, “hanya iseng-iseng saja barangkali nanti bisa dapat doorprize.” ucap salah satu teman saya, dan ini keisengan tweet kami.

            Bincang-bincang muslimah di awali dengan perbincangan hangat dengan teteh Yulia Rachman. Beliau menceritakan bagaimana ia memutuskan untuk berhijab melalui kisah hidupnya. "Yulia Rachman berhijab karena jawabannya satu, takut mati." ucapnya dengan mantap mengawali perbincangan pada hari itu. "Kita bukanlah makanan kaleng, yang sudah ada tanda expired-nya, sehingga sewaktu-waktu kita bisa dijemput kapan saja." tambahnya dengan gaya bicaranya yang lemah lembut. Pada kesempatan tersebut Teteh yang kini semakin terlihat cantik dengan hijab yang menjulur ditubuhnya juga menambahkan bahwa agar kita istiqomah caranya adalah dalam melakukan apapun, lakukanlah semata-mata karena Allah, dan banyak-banyaklah berfikir hal yang melibatkan Allah. Subhanallah, sosok yang sangat menginspirasi dengan kesulitan-kesulitan yang pernah menimpanya, namun tetap terlihat tegar.

            Pembicara kedua adalah Umi Pipik, beliau juga memiliki kisah hidup yang pelik, dari saat beliau menjadi anak "Piatu" ketika masih kanak-kanak dan memutuskan untuk menjadi model, pertemuan dengan almarhum suaminya, Ust Jefry dan kisah lainnya. Saya terharu mendengar kisah beliau yang akhirnya memutuskan untuk  berhijrah, dari yang tadinya adalah model dengan pakaian yang serba minim, kemudian memakai jilbab namun saat menjadi model lepas jilbab lagi karena faktor ekonomi, dan kini beliau telah mantap menjulurkan hijab ke seluruh tubuhnya. Satu hal yang membuat beliau memutuskan berhijab adalah kata-kata dari almarhum Ust Jefry saat beliau mendapat tawaran bermain iklan namun harus melepas jilbab, Ust Jefry yang saat itu belum menjadi Ustadz mengatakan : "Jika mereka bisa menjamin kamu masuk surga saat melepas jilbab, silahkan ambil saja tawaran itu, jika tidak, maka jangan"
Saat mendengar itu, beliau sadar dan memutuskan untuk berhijab dan menjadi ustadzah :)

           Puncak dari semua kejadian hari ini adalah ini (apaaan sih). Saat moderator mulai membacakan kesimpulan dan meminta pembicara untuk berfoto dengan panitia, kami berlima mengangkat tangan kami secara serempak membawakan kertas yang kami siapkan dari kosan, dimana di kertas tersebut berisi tulisan yang berbunyi “We Love Umi Pipik Dan Teteh Yulia Rachman Keep Strong”. 
          
         Saya masih tidak menyangka, saya ikut menjadi bagian dari orang yang mengangkat kertas ini. Hahahahaaa.. karena biasanya saya suka memndang sebelah mata orang-orang yamg melakukan hal seperti ini saat saya melihat acara musik di televisi, Namun, hari ini saya melakukannya. Ide ini siapa lagi yang menciptakan kalo bukan teman saya yang berinisial D, dan hasilnya memang cemerlang. Saat umi Pipik melihat kami mengangkat kertas, Teteh Yulia Rachman segera memfoto kami dari atas panggung, dan beberapa tamu undangan di depan kami juga ikut mengabadikan moment ini. Malu.

Saat moderator meminta Umi Pipik dan Yulia Rachman berfoto dengan panitia, Umi Pipik malah menjawab : “Saya mau berfoto dengan yang membawa kertas itu.”
Kami berteriak senang. Rasa malu itu terbayar sudah. Beberapa orang di belakang kami memandang kami sinis, kami cuek saja dan maju ke atas panggung. Namun, kami kecewa terhadap panitia karena  tidak bisa mengkondisikan suasana. Banyak peserta lain yang ingin ikut berfoto kemudian berebutan maju ke depan sehingga keadaan kurang terkendali, dan kami semakin kecewa melihat hasil fotonya, bluuuuur… 


Foto bareng Umi Pipik

Foto bareng Teteh Yulia Rachman

Umi Pipik bersama Dwi

Tapi tak apa, karena di akhir acara mendapatkan iniiiiii, hahaaaaaaahahaa..

Alhamdulillah, hari ini saya benar-benar pengalaman baru dan juga ilmu baru. Setelah acara ini semoga ke depan kami benar-benar bisa ber-Hijrah ke tempat yang lebih baik lagi. 

Saya belajar, saya mengetahui, saya mencoba kemudian saya terbiasa.

Namun, semuanya membutuhkan proses. Hijab. Hijab bukanlah jaminan seseorang masuk surga, seperti yang disampaikan Umi Pipik.  Hijab juga bukan merupakan alat ukur keimanan seseorang. Sehingga orang lain tak berhak menilai amal ibadah kita, karena setiap orang memiliki prosesnya masing-masing. Semangat berproses, semoga bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. dan suatu hari nanti bisa benar-benar berhijrah. Belajar pelan-pelan yuk J

                           Solo, 19 September 2014

0 komentar:

Posting Komentar