Hari
saya mendapatkan kabar dari facebook dan sms yang mengatakan kalau besok ada donor
darah, ah, sudah 7 bulan saya tidak donor darah, rasanya sudah lama sekali.
Namun saya tidak bisa untuk donor darah besok, karena sedang datang tamu bulanan, aaaaaah, mungkin lain
kali, semoga bisa ikutan. Tidak apa-apa.
Hal
ini membuat saya terinspirasi buat nulis ini, dan kesempatan ini saya ingin
menceritakan awal mula saya memberanikan diri untuk donor darah.
Bismillahirrohmanirrohim.
Tercatat
di kartu donor, tanggal 15 September
2011 adalah pertama kali saya donor darah. Saat itu saya masih ingat ada
seorang teman yang hendak donor darah, namanya Lala, dia mengajak saya dan
beberapa teman lain, dan enatah kenapa tanpa berpikir panjang saya memutuskan untuk ikut donor darah, hari itu juga.
Namun,
sungguh benar-benar tanpa sebab, saya tak berpikir panjang kala itu, seperti
yang dipikirkan orang kebanyakan saat saya mengajaknya donor darah, seperti
alas an,
“Ah ngga ah, saya kan darah rendah,”
“Saya
takut jarum suntik,”
“Saya takut darah,”
“Saya
darah rendah”
“Nanti
kalau donor darah katanya bikin gendut”
“Saya
takut ketagihan,” dan alasan lainnya.
Rupanya
ternyata benar, saat pertama kali mendaftar untuk donor darah, saat di test di
bagian pendaftaran Alhamdulillah saya lolos untuk donor, tapi dengan
“peringatan” .Saya masih ingat apa yang dikatakan dokter saat itu “ Mba Yuli, ini
Hb nya pas banget, nanti kalau pusing bilang ya.”
Dalam
hati saya terus menguatkan diri saya, saya pasti bisa. Saat pertama kali saya
melihat jarum, Subhanallah, saya lupa rasanya disuntik, dan saat itu yang saya
pikirkan hanya “Kenapa jarumnya sebesar itu?” Namun saya terus meyakinkan diri,
terlebih saat dokter berkata “Tidak sakit kok mba, rasanya kayak digigit
semut.” Namun saya benar-benar tidak pernah percaya dengan apa yang dikatakan
dokter, “Rasanya emang seperti digigit semut, tapi semutnya seratus ibu dokter
yang cantik,” ucap saya dalam hati. Sehingga saat jarum itu pertama kali menancap
di tangan saya, saya hanya bisa menoleh. Dan sekali lagi, saya menguatkan diri
saya, ingat Ibu yul, Ibu. Ketika darah pertama kali mengucur dan tertampung
saya mulai berani meliriknya, ada rasa bangga melihatnya. Ibu lihatlah,
akhirnya saya bisa donor darah.
Puji
Syukur, sepanjang donor saya baik-baik saja. Namun setelah selesai donor,
memang sedikit pusing, mungkin ini karena factor Hb yang tadi dibilang ibu
dokter,. Rasanya senag sekali, Alhamdulilillah, hari ini saya bisa
menyumbangkan 1 kantong darah untuk mereka yang membutuhkan.
Dan
ini adalah alasan saya kenapa saya memutuskan untuk donor darah.
Beberapa
tahun silam, saat itu usia saya masih 15 tahun, baru menginjak kelas 1 SMA.
Diawal bulan Ramdhan Ibu sakit, sampai saat ini saya tidak tahu sebenarnya ibu
sakit apa, yang saya tahu Ibu menstruasi tapi sudah hampir 1 bulan tidak
sembuh, Ibu tampak pucat sekali kemudian Bapak membawa Ibu ke rumah sakit untuk
berobat. Selesai berobat, saya bingung melihat bapak dan ibu memasukkan beberapa
baju ke dalam tas, dan saat saya bertanya saat itulah saya tahu, ibu harus di
opname.
Saya
lupa, berapa hari ibu di opname di rumah sakit, yang saya ingat ibu membutuhkan
kantong darah. Usia saya saat itu kurang dari 17 tahun hanya bisa menyaksikan
ibu menahan sakit. Saya bertambah sedih, karena saat itu bulan Ramadhan, entah
kenapa pasokan darah di rumah sakit terbatas, aku yang saat itu berusia kurang
dari 17 tahun hanya bisa melihat ibu menitikkan air mata.
Dalam
kondisi seperti itu Ibu bahkan tidak memperbolehkan saya untuk menghubungi
kakak (yang saat itu bekerja di Jakarta) mengabarkan bahwa Ibu sakit dan
membutuhkan darah. Segera mungkin, Bapak menghubungi kerabat kami,
Alhamdulillah Ibu mendapatkan beberapa kantong darah dan setelah beberapa hari
di rawat di rumah sakit akhirnya Ibu Sembuh dan bisa beraktivitas seperti
biasanya. Usia saya saat itu kurang dari 17 tahun, dan saya tidak bisa berbuat
apa-apa.
Sejak
saat itu saya berjanji, setelah usia saya 17 tahun saya ingin donor darah. Dan
Alhamdulillah, saya bisa donor darah meskipun baru terealisasi di usia 18 tahun.
Buat
teman-teman yang memiliki keinginan untuk donor darah, jangan takut. Sungguh
saya pun bukan orang yang pemberani, selama 6 kali saya donor saya tak pernah
berani melihat jarum donor dimasukkan ke tangan, karena saya takut.
Saya
juga takut darah, tapi entah kenapa melihat darah itu menetes demi tetes dan
membayangkan wajah senyum Ibu rasa takut itu berubah menjadi rasa senang,
Atau
mungkin masalah Hb, Hb saya juga pas, bahkan beberapa kali saya juga pernah
ditolak donor darah karena Hb saya rendah, justru hal itulah yang mebuat saya termotivasi
untuk menyukai sayur-mayur.
Ada
yang bilang donor darah bikin gendut, itu bohong banget, karena saya donor
darah berat badan saya gampang naik dan turun tergantung apa yang saya makan,
bukan karena factor donor J
Kalau
donor darah bikin ketagihan, so what gitu loh? Apa salahnya ketagihan untu
berbuat baik? Toh darah kita ngga habis kan, Daripada ketagihan Rokok atau
Narkoba? Uuppps.
Namun,
buat yang memang belum mampu donor darah karena beberapa factor yang tidak
diperbolehkan oleh dokter, jangan dipakasakan ya.
Pesan
saya, untuk kalian yang mampu donor darah tapi tidak berani, ingatlah kata-kata
di bawah ini :
“Jangan
takut donor darah, takutlah jika kamu membutuhkan darah, tapi tidak ada yang
memberikan darah padamu.”