Senin, 13 Oktober 2014

Saya Bisa, Kamu Juga Pasti Bisa Donor Darah


Hari saya mendapatkan kabar dari facebook dan sms yang mengatakan kalau besok ada donor darah, ah, sudah 7 bulan saya tidak donor darah, rasanya sudah lama sekali. Namun saya tidak bisa untuk donor darah besok, karena sedang  datang tamu bulanan, aaaaaah, mungkin lain kali, semoga bisa ikutan. Tidak apa-apa.

Hal ini membuat saya terinspirasi buat nulis ini, dan kesempatan ini saya ingin menceritakan awal mula saya memberanikan diri untuk donor darah.
Bismillahirrohmanirrohim.

Tercatat di kartu donor, tanggal 15 September  2011 adalah pertama kali saya donor darah. Saat itu saya masih ingat ada seorang teman yang hendak donor darah, namanya Lala, dia mengajak saya dan beberapa teman lain, dan enatah kenapa tanpa berpikir panjang saya memutuskan  untuk ikut donor darah, hari itu juga.

Namun, sungguh benar-benar tanpa sebab, saya tak berpikir panjang kala itu, seperti yang dipikirkan orang kebanyakan saat saya mengajaknya donor darah, seperti alas an,
 “Ah ngga ah, saya kan darah rendah,”
“Saya takut jarum suntik,”
 “Saya takut darah,”
“Saya darah rendah”
“Nanti kalau donor darah katanya bikin gendut”
“Saya takut ketagihan,” dan alasan lainnya.

Rupanya ternyata benar, saat pertama kali mendaftar untuk donor darah, saat di test di bagian pendaftaran Alhamdulillah saya lolos untuk donor, tapi dengan “peringatan” .Saya masih ingat apa yang dikatakan dokter saat itu “ Mba Yuli, ini Hb nya pas banget, nanti kalau pusing bilang ya.”

Dalam hati saya terus menguatkan diri saya, saya pasti bisa. Saat pertama kali saya melihat jarum, Subhanallah, saya lupa rasanya disuntik, dan saat itu yang saya pikirkan hanya “Kenapa jarumnya sebesar itu?” Namun saya terus meyakinkan diri, terlebih saat dokter berkata “Tidak sakit kok mba, rasanya kayak digigit semut.” Namun saya benar-benar tidak pernah percaya dengan apa yang dikatakan dokter, “Rasanya emang seperti digigit semut, tapi semutnya seratus ibu dokter yang cantik,” ucap saya dalam hati. Sehingga saat jarum itu pertama kali menancap di tangan saya, saya hanya bisa menoleh. Dan sekali lagi, saya menguatkan diri saya, ingat Ibu yul, Ibu. Ketika darah pertama kali mengucur dan tertampung saya mulai berani meliriknya, ada rasa bangga melihatnya. Ibu lihatlah, akhirnya saya bisa donor darah.

Puji Syukur, sepanjang donor saya baik-baik saja. Namun setelah selesai donor, memang sedikit pusing, mungkin ini karena factor Hb yang tadi dibilang ibu dokter,. Rasanya senag sekali, Alhamdulilillah, hari ini saya bisa menyumbangkan 1 kantong darah untuk mereka yang membutuhkan.
Dan ini adalah alasan saya kenapa saya memutuskan untuk donor darah.

Beberapa tahun silam, saat itu usia saya masih 15 tahun, baru menginjak kelas 1 SMA. Diawal bulan Ramdhan Ibu sakit, sampai saat ini saya tidak tahu sebenarnya ibu sakit apa, yang saya tahu Ibu menstruasi tapi sudah hampir 1 bulan tidak sembuh, Ibu tampak pucat sekali kemudian Bapak membawa Ibu ke rumah sakit untuk berobat. Selesai berobat, saya bingung melihat bapak dan ibu memasukkan beberapa baju ke dalam tas, dan saat saya bertanya saat itulah saya tahu, ibu harus di opname.

Saya lupa, berapa hari ibu di opname di rumah sakit, yang saya ingat ibu membutuhkan kantong darah. Usia saya saat itu kurang dari 17 tahun hanya bisa menyaksikan ibu menahan sakit. Saya bertambah sedih, karena saat itu bulan Ramadhan, entah kenapa pasokan darah di rumah sakit terbatas, aku yang saat itu berusia kurang dari 17 tahun hanya bisa melihat ibu menitikkan air mata.

Dalam kondisi seperti itu Ibu bahkan tidak memperbolehkan saya untuk menghubungi kakak (yang saat itu bekerja di Jakarta) mengabarkan bahwa Ibu sakit dan membutuhkan darah. Segera mungkin, Bapak menghubungi kerabat kami, Alhamdulillah Ibu mendapatkan beberapa kantong darah dan setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit akhirnya Ibu Sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Usia saya saat itu kurang dari 17 tahun, dan saya tidak bisa berbuat apa-apa.

Sejak saat itu saya berjanji, setelah usia saya 17 tahun saya ingin donor darah. Dan Alhamdulillah, saya bisa donor darah meskipun baru terealisasi di usia 18 tahun.

Buat teman-teman yang memiliki keinginan untuk donor darah, jangan takut. Sungguh saya pun bukan orang yang pemberani, selama 6 kali saya donor saya tak pernah berani melihat jarum donor dimasukkan ke tangan, karena saya takut.

Saya juga takut darah, tapi entah kenapa melihat darah itu menetes demi tetes dan membayangkan wajah senyum Ibu rasa takut itu berubah menjadi rasa senang,

Atau mungkin masalah Hb, Hb saya juga pas, bahkan beberapa kali saya juga pernah ditolak donor darah karena Hb saya rendah, justru hal itulah yang mebuat saya termotivasi untuk menyukai sayur-mayur.

Ada yang bilang donor darah bikin gendut, itu bohong banget, karena saya donor darah berat badan saya gampang naik dan turun tergantung apa yang saya makan, bukan karena factor donor J

Kalau donor darah bikin ketagihan, so what gitu loh? Apa salahnya ketagihan untu berbuat baik? Toh darah kita ngga habis kan, Daripada ketagihan Rokok atau Narkoba? Uuppps.

Namun, buat yang memang belum mampu donor darah karena beberapa factor yang tidak diperbolehkan oleh dokter, jangan dipakasakan ya.

Pesan saya, untuk kalian yang mampu donor darah tapi tidak berani, ingatlah kata-kata di bawah ini :

“Jangan takut donor darah, takutlah jika kamu membutuhkan darah, tapi tidak ada yang memberikan darah padamu.” 

0 komentar:

Posting Komentar