Selasa, 17 Mei 2011

Ingatkan Aku Sobat


Petir bergemuruh, dan hujan deras mnyelimuti sebuah kota kecil di ujung provinsi Jawa Tengah. Seorang gadis menginjak 18 tahun terbaring di atas kasur menutup tubuhnya lekat-lekat dengan selimut berwarna biru tua. Meski jam dinding telah menunjukkan pukul 23.00 WIB gadis itu tak kunjung terlelap, bahkan sesekali senyum terukir di wajahnya diiringi dengan isak tangis ketika beberapa bayangan melintas di pikirannya. Sebuah kejadian, yang mungkin kelak tak dapat diingat lagi olehnya.

**********

“Eh lihat seragammu kebesaran.”
“Ah enggak juga.”
“Seragamnya cantik ya.”
“Iya, aku suka pake seragam ini.”
“iya, iya.”

Gadis itu tersenyum, bayangan murid-murid SMA yang polos masih dia ingat. Perasaan senang ketika pertama kali mengenakan serangam abu-abu putih bersama sahabat-sahabat barunya juga perasaan bangga ketika pergi ke luar rumah saat seragam identitas (kotak-kotak) melekat di tubuhnya.

“Ga terasa, sudah 3 tahun. Iya, 3 tahun menjadi siswi SMA.” Batin gadis itu lirih menyadari masa-masa di SMA-nya hampir saja usai.

*********************

Di sebuah kelas, beberapa anak perempuan saling berbisik.
“Anak itu nyebelin ya.”
“Iya.”
“Aneh.”

Senyum kembali terukir, mungkin karena gadis itu teringat saat-saat pertama kali bertemu dengan teman-teman barunya di XE. Saat-saat dimana sekumpulan siswi putri saling mengkritik satu per satu dari karakter teman sekelasnya, padahal baru beberapa kali saling bertatap muka, eh udah main kritik mengkritik (hal seperti ini nih yang harus dihilangin). Dan, Siapa yang menyangka orang yang awalnya dia tidak suka malah menjadi sahabat karibnya, bahkan sampai dengan sekarang.

Gadis itu berucap lirih, “Kenapa dulu aku bersikap seperti itu ya? Padahal dia sangat baik.” Ada sesal di raut wajahnya.

**********
“Eh, itu temen sebangkumu pingsan lagi.”
“Oh.”
“Itu anak kenapa lagi si?”
“Ga tau, yang jelas aku cape.”

***********

Di sebuah ruang tamu berukuran 3X4m, 2 orang gadis sedang terlibat perbincangan serius.
“Heh, beneran apa yang kamu bilang barusan?” tanya seorang sahabat tidak percaya.
“Iya.” Ucap gadis itu lirih.
“Apa? Jadi diam-diam kamu suka sama si itu?”
“Iya.” Gadis itu menunduk.
“ Hih, orang gaje kayak gitu kok disukain.”
“yee, biarin.”
“hahahaha, sit suit.” Keduanya tertawa.
“Eh, ini pertama kalinya kamu cerita soal cowo lho, duh,, yang lagi jatuh cinta lah ya,”
“Ah, apaan si.” Gadis itu hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

**********

Begitulah yang terjadi pada malam itu. “Alhamdulillah aku masih ingat.” Batin gadis itu lirih. Lalu, diambilnya cepat-cepat secarik kertas dan sebuah bolpoin dari meja belajarnya. Kertas yang tadinya putih bersih sekarang mulai tergores tinta hitam.Diatasnya tertulis :

Untuk Sahabatku,

“SOBAT, AKU GA MEMINTA KALIAN UNTUK SELALU MENGINGATKU, CUMA SATU YANG AKU MINTA, INGATKAN AKU SOBAT JIKA KELAK AKU MELUPAKANMU JUGA KENANGAN KITA, MAAF, MAAF, MAAFKAN AKU."

0 komentar:

Posting Komentar